Tuesday, December 21, 2010

Inspired by Cin(T)a



“Kenapa Allah (Islam) nyiptain kita beda-beda kalau Dia Cuma disembah dengan satu cara?” ucap Annisa. “Makanya itu, Allah (Kristen) nyiptain cinta.. biar yang beda-beda bisa nyatu!” jawab Cina. Setelah mendengar ucapan itu mungkin hal pertama kali yang terlintas di benak kita adalah romansa cinta beda agama antara pemeluk agama Islam & pemeluk agama Kristen. Mereka sedang berdebat tentang sebuah pertanyaan yang tidak ada jawaban benarnya. Banyak diantara kita mungkin telah memandang sebelah mata jika kita melihat ada dua orang laki-perempuan terlibat percintaan dan mereka “beda agama”. Hindu – Budha, Kristen – Katolik, terlebih lagi jika mereka berdua Islam – Kristen atau Islam – Katolik. Hal itu pasti akan menimbulkan pandangan yang lebih menjurus kepada hal negatif dan menyulut isu (SARA).


Saya menulis tulisan ini bukan untuk mencari pembenaran atas apa yang terjadi pada diri saya, maupun orang lain di sekitar saya yang diberi keberuntungan oleh Tuhan YME untuk merasakan mencintai seseorang yang “beda”. “Beda”... Ya memang secara fitrah sejak lahir kita diciptakan berbada-beda, mulai dari warna kulit, jenis rambut, bentuk muka, status sosial, agama dll. Perbedaan itu adalah hak prerogatif Tuhan YME dalam menciptakan makhluk bernama manusia. Dan hal itu tidak mungkin kita sangkal. “Beda” yang ingin saya bahas disini mempunyai perspektif yang lebih luas daripada sekedar perbedaan keyakinan yang terjadi antara Cina dan Annisa di film cin(T)a. Kalau kita mau memandang dengan perspeksif yang lebih luas, memang film itu tidak hanya berkutat seputar kisah cinta beda agama, tetapi lebih kepada kehidupan manusia yang selalu dihadapkan dengan “perbedaan” dalam setiap dimensi kehidupan. Hanya mata dari hati yang tidak menghakimi yang bisa melihat tentang sisi lain dari kebenaran itu.


Lalu kenapa kita selalu risih kalau kita dihadapkan dengan sesuatu hal yang “beda” itu dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi jika hal itu berkaitan dengan masalah percintaan, kenapa? Sudah berpuluh-puluh film, sinetron, maupun karya sastra yang menceritakan kisah percintaan dibawah perbedaan. Contohnya majikan yang jatuh cinta dengan pembantunya, orang kaya jatuh cinta dengan orang miskin, bangsawan jatuh cinta dengan rakyat biasa, dll. “Romeo – Juliet” mungkin termasuk salah satu cerita fiksi paling fenomenal di belahan dunia ini yang mengangkat ide cerita cinta dibawah perbedaan & permusuhan atas kebencian yang telah mendarah daging.
Lalu apa yang terjadi dalam cerita-cerita tersebut? Apakah cerita tersebut selalu berakhir dengan bahagia (happy ending)? Tidak semua. Namun, bagian paling menarik yang seringkali membuat kita termehek-mehek adalah perjuangan CINTA dua individu yang saling mencintai itu. Mereka berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan cintanya. Meskipun hujatan, cercaan, atau bahkan ancaman kematian berada dekat diantara mereka.


Saya belajar satu hal dari kisah-kisah cinta abadi yang dibangun dibawah fondasi perbedaan tersebut. Saya meyakini bahwa jawaban Cina atas pertanyaan Annisa yang saya tulis di alinea awal tulisan ini memang mendekati kebenaran. Kata-katanya seperti ini “Makanya itu, Allah nyiptain cinta.. biar yang beda-beda bisa nyatu!”. Sangat mengena dan selalu relevan jika dibenturkan dengan masalah apapun yang berkaitan dengan perbedaan. Perbedaan mungkin memang telah ada sejak kita lahir. Tuhan YME menciptakan kontradiksi itu sebagai cobaan atas kesabaran & keikhlasan kita dalam menjalani ketentuan-Nya. Lalu Dia Yang Maha Adil menciptakan CINTA, sebuah kata yang maknanya jauh lebih indah daripada kata itu sendiri. CINTA lah, yang selalu menguatkan kita dalam keadaan apapun, menyatukan manusia-manusia yang berbeda. Mereka yang menyatu diantara lawan-lawan kata : miskin-kaya, cantik-jelek, bangsawan-rakyat biasa, dll.
Cinta mungkin adalah anugerah tertinggi dalam sejarah kehidupan manusia. Maka dari itu peliharalah cinta itu, jangan sampai ia pergi dari kehidupanmu. Jangan sampai kebencian atas perbedaan memecah belah kamu yang memang berbeda pada haknya. Terima semua kekurangan dan kelebihan orang-orang di sekitar kita, dengan sesuatu yang mereka yakini kebenarannya. Supaya kita bisa hidup DAMAI berdampingan di dunia ini. Jangan lagi ada propaganda murah berkedok agama, suku, ras (SARA) lagi dalam sejarah pembantaian & pembunuhan manusia. Kita adalah makhluk paling sempurna yang diberikan otak untuk berpikir & hati untuk merasa. Gunakan itu sebaik-baiknya agar kita selalu menjadi orang yang manusiawi.


Akhirnya, saya akan sangat menghargai apapun persepsi & pendapat dari semua orang yang telah membaca tulisan saya ini. Ini cuma manifestasi dari rasa keingintahuan saya yang membuncah, bahkan mungkin keinginatahuan itu bisa membunuh seekor singa!
BEING DIFFERENT IS NOT A SIN!!! SO LETS LOVE EACH OTHER, and STAY PEACE ALL UNIVERSE!!!


Magelang, 31 Juli 2010 15.37 WIB
Inspired by Indonesian Ubercool Movie Cin(T)a
-Day Dreamer, Live Observer, and Only a Human-

No comments:

Post a Comment