Sunday, February 26, 2012

1st day at work (Hari Pertama di Solopos)

Rabu Kliwon, 1 Februari 2012 adalah hari pertamaku menjadi reporter magang di PT Aksara Solopos. Jadwal hari ini adalah penandatanganan kontrak kerja, perkenalan dengan redaksi Solopos, dan observasi. Ritual utama dari “orang baru” selalu sama, yaitu melakukan orientasi atau beradaptasi dengan orang baru. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendirian, manusia selalu hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Ketika menjadi mahasiswa baru misalnya, kita harus menjalani minggu pertama dengan OSPEK, ajang ini biasanya digunakan senior-senior kita untuk mengerjai anak bawang. Acara perkenalan dengan redaksi berjalan dengan sangat lancar meskipun penyakit lama saya tak kunjung sembuh, yaitu penyakit grogi dan kurang percaya diri.
Setelah perkenalan kami diberikan kesempatan untuk berkenalan dengan semua staff di PT Aksara Solopos, redaktur pelaksana Solopos pak Anton menekankan kepada kami, tiga orang reporter baru ini untuk mengenal semua staff dan kru di perusahaan ini. Beliau mengatakan salah satu faktor penghambat dari anak-anak baru seperti kami adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan rekan kerja. Beliau tidak mau kami merasa asing di kantor Solopos, setelah resmi bergabung dengan perusahaan ini kami harus bisa menjadikan Solopos sebagai keluarga kedua kami.
Lantai pertama Solopos digunakan sebagai ruangan untuk bagian sirkulasi dan periklanan, wajah-wajah cantik dan tampan banyak terlihat disini. Orang yang bekerja sebagai frontliner memang harus mempunyai penampilan yang menarik, karena ketika seseorang datang ke kantor tersebut orang pertama yang akan mereka temui adalah orang-orang tersebut, mereka harus mampu merepresentasikan citra perusahaan dengan baik. PT Aksara Solopos memberikan kesan yang mendalam bagi saya, sejak awal mengikuti tes seleksi calon magang reporter saya merasa mendapatkan exellent service. Mulai dari satpam yang ramah dan menanyai keperluan para peserta tes, maupun para pegawai bagian SDM yang sangat perhatian dengan kami. Selain bagian periklanan dan sirkulasi, di lantai satu juga terdapat ruang percetakan yang berisikan mesin-mesin pencetak berita dan informasi yang akan didistribusikan ke pembaca dalam bentuk koran Solopos dan koran O.
Saya, Nenden, dan Tomi mulai berkeliling kantor Solopos, karena sebelum perkenalan dengan redaksi kami sudah berkenalan di lantai satu. Kami melanjutkan berkenalan dan melihat-lihat pekerjaan yang sedang berlangsung di lantai dua. Ruang litbang dan pusdok menjadi tempat persinggahan pertama kami. Priyono dengan ramah menjabat tangan kami dan menjelaskan segala aktifitas yang terjadi di ruangan paling timur tersebut. Berderet-deret buku tersusun dengan rapi di ruangan tersebut, jika reporter membutuhkan bahan tambahan sebagai referensi tulisannya, buku-buku tersebut siap dimaksimalkan fungsinya. Di belakang perpustakaan kecil litbang, dua orang perempuan asik menyecan koran-koran lama Solopos yang akan didigitalisasi menjadi format PDF. Priyono mengatakan nantinya era media cetak ini akan digantikan dengan era digital jadi pembaca bisa berlangganan koran dengan format digital, beliau juga sempat berkelakar “Kalo mau nyecan sertifikat ato girik tanah bapaknya disini juga bisa” ungkapan ini disambut gelak tawa oleh kami bertiga.
Terakhir kami memasuki ruangan terbesar dan tersibuk di kantor ini yaitu ruangan reporter dan redaksi. Semua orang terlihat asik memandangi layar monitor di hadapan mereka, dengan penuh percaya diri kami semua memperkenalkan diri, dan sedikit bertanya-tanya tentang aktifitas yang sedang mereka kerjakan. Edwina, redaktur bagian olahraga sedang asik browsing bahan liputan untuk rubrik olahraga. Berita-berita yang dimuat di koran Solopos biasanya diambil dari beberapa sumber dari internet, namun tetap harus ada satu berita yang dibuat oleh reporter Solopos. Reporter, layouter, kartunis dan editor Solopos, Koran O, dan Solopos.com bekerja bersama-sama disini.
Setelah berbincang singkat dengan Edwina, kami melanjutkan ke ruang EDP (Electronic Data Processing), di dalam ruangan ini terdapat mesin server yang menyimpan serta mengolah semua data internal di kantor Solopos. Ada empat orang yang bertanggung jawab sebagai IT expert, salah satunya adalah Teguh yang sedang mengerjakan tugasnya. Sebagai IT expert mereka bertugas dengan sistem shift, mereka bekerja hingga pukul 1 malam mengikuti jadwal cetak koran Solopos. Akhir dari perjalanan observasi kami bertiga adalah di ruangan redaktur senior Mulyanto Utomo, beliau memperlihatkan buku barunya yang baru saja terbit dan memberikan suntikan semangat bagi reporter-reporter baru ini agar selalu tekun dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan.
Bagi saya hari ini semuanya terasa baru, selain tiga orang anak magang reporter baru ternyata hari ini bertepatan dengan pemimpin redaksi Solopos yang baru, Pak Adit. Keajaiban dalam hidup juga saya rasakan hari ini, seperti tunas muda yang menjanjikan awal kehidupan yang lebih baik. Dunia benar-benar menutun saya pada hal-hal yang saya inginkan. Mengutip ungkapan the Alchemist. “When you want something, all the universe conspires to help you in order to achieve it”. Hari ini saya mampu mengalahkan rasa takut saya tentang kendaraan bermotor. Bertahun-tahun lamanya saya tidak pernah mengendarai sepeda motor di jalan raya apalagi di kota besar. Namun, keinginan yang kuatlah yang memaksa saya untuk tidak menyerah dengan keadaan. Tepat pukul 12.33 saya berhasil menginjakkan kaki di Jalan Adi Sucipto No. 190 dengan keringat dingin yang bercucuran. Tapi saya bangga dengan diri saya yang begitu pemberani, ingin rasanya berteriak champion, man you make it! Semoga langkah besar dalam hidup saya ini akan selalu menyuntikkan energi positif, menyulutkan semangat untuk terus berjalan dan berjuang menjadi jurnalis professional. Hari ini tidak akan pernah saya lupakan, hari ini saya terlahir kembali seperti bayi dengan harapan dan semangat yang menggebu.

No comments:

Post a Comment